Senin, 10 Juni 2013

APTL-OPERANT CONDITIONING

BAB I
PENDAHULUAN
  1. A. Latar Belakang
Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant conditioning. Ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masihberpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversal. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tinggkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.[1]
Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang teori operant conditioning dari skinner, berikut adalah pemaparannya
  1. B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas sebuah teori belajar dari aliran behaviorisme yaitu teori belajar kondisioning operan B.F Skinner yang terdiri dari beberapa hal yaitu:
  1. Bagaimana Latar belakang teori operant conditioning?
  2. Bagaimana Karakteristik operant conditioning?
  3. Apa Perbandingan, perbedaan dan persamaan operant dan clasical onditioning?
  4. Apa yang dimaksud dengan Shaping dan bagaimana psroses shaping?
  5. Bagaimana Penjadwalan reinsforsment dalam operant conditioning?
  6. Bagaimana Pemadaman dan pemulihan kembali dalam operant conditioning?
  7. Apa yang dimaksud dengan Generalisasi dan diferensiasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang  Teori  Operant Conditioning  B.F Skinner
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning)      dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni  beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect[2]
Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsure penguatan kedalam hokum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai  bapak operant conditioning
Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical conditioning. dalam pengkondisian klasik, respon terkondisikan sering kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak terkondisikan. Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap maknan. Tetapi jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti mengajar anjing keterampilan baru, maka anda tidak dapat menggunakan pengkondisian klasik, tetapi anda lebih duli mempersuasinya untuk melakukan keterampilan itu dan setelahnya member hadiah dengan tepuk tangan atau makanan, jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya anjing akan mampu mempelajari keterampilan itu.rita Atkinson.
Jadi Inti dari teori Skinner Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitanyan  dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekwensi ( resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan
  1. B. Karakteristik Operant Conditioning
Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu :
1. respondent behavior ( perilaku responden) yakni perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek
2. operant behavior ( perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.
Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:
  1. 1. Respondent conditioning ( pengkondisian responden) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan.
  2. 2. Operant conditioning ( pengkondisian operan) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respon.
Maka dapat kita lihat  bahwa dalam pengkondisian tipe S, itu identik dengan pengkondisian klasik Pavlov, sedangkan pengkondisian tipe R. itu identik dengan pengkondisian instrumental thorndike. Sedangkan riset skinner hampir semuanya berkaitan dengan penngkondisian tipe R atau pengkondisian operan
Prinsip Pengkondisian operan
Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning[3] yaitu:
  1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang
  2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan
Dalam pengkondisian operan, penekananya adalah pada perilaku dan pada konsekwensinya. Dengan pengkondisian operan, organism pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan
Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai maan situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang ukup mencari sesuatu yang mmenguatkan bagi suatu organism yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi dan kemudian segera memperkuat organism tersebut
Konsep utama operant conditioning
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama[4],yaitu:
  1. a. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
-      Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
-       Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
  1. b. Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalh menegah pemberian seasuatu yang diharapkan organism, atau member seseuatu yang tidak diinginnya.
Namuun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas  respon, walupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukumman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula[5] Contohnya:
Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru memuji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
  1. C. Perbedaan Dan Persamaan Operant Dan Classical Conditioning
Beberapa perbedaan dan persamaan dari classical conditioning dan operant conditioning dapat di lihat dalam kolom di bawah ini[6]
Classical ConditioningOperant Conditioning
  • Hanya berhubungan bengan perilaku tak sadar
  • Penguatan mengukuhkan respon bersyarat tetapi bersifat netral: penguatan bekerja baik disukai ataupun tidak disukai organism
  • Respon diperoleh dari penguat yang telah diberikan sebelum respon itu sendiri muncul
  • Tanpa atau sedikit penguat memungkinkan respon yang berlawanan akan terhapusjadwal tidak dapat digunakan untuk mengubah taraf respond an taraf penghapusan
  • Sebuah penguatan hanya dapat merangsang satu tipe respon
  • Dapat menunjukkan penyamarataan diskriminasi, penghapusan dan pemulihan spontan
  • Mengendalikan mata rantai atau penyatuan rangsangan dan respon
  • Berhubungan dengan perilaku sadar dan juga tak sadar
  • Penguatan mengukuhkan respon bersyarat dan bersifat positif ataupun negative
  • Penguatan diberikan sesudah respon dibuat secara sadar, dan kemudian memperkuatnya
  • Penguatan dengan cepat dapat berbaur dengan menggunakan jadwal penguatan untuk mengubah taraf respond an taraf penghapusan
  • Sebuah penguatan dapat digunakan untuk memperkuat beberapa respon dengan menggunakan teknik pembentukan perilaku
  • Sama seperti classical conditioning
  • Sama dengan classical conditioning
Selain diatas Perbedaan antara Classical Conditioning dengan Operant Conditioning antara lain sebbagai berikut:
  • Dalam Classical Conditioning respon dikontrol oleh pihak luar, pihak inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Sebaliknya operant conditioning mengatakan bahwa pihak luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika respon semacam ini terlihat maka dapat diberikan penguatan. Disini dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan behavior.
  • Classical Conditioning pada umumnya memusatkan tingkah laku terjadi apabila ada stimuli khusus. Sedangkan dalam Operant Conditioning tingkah laku hanya menerangkan untuk sebagian kecil dari semua kegiatan. Operant Conditioning memusatkan tingkah laku dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku..
  • Classical Conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai reinforcement. Di dalam Operant Conditioning responlah yang merupakan sumber reinforcement. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang.
  1. D. Shaping (pembentukan respon)
Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner mengembangkan teknik “ pembentukan respon” atau disebut dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang komplek yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organism pada setiap kali ia bertindak kea rah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatka respon tersebut.
Pembentukan respon terdiri dari dua komponen, yaitu : diferential reinforcement (penguatan diferensial) yang berarti sebagian respon di perkuat dan sebagian lainya tidak. Dan  successive approximation (kedekatan suksesif), yaknni fakta bahwa respon-respon yang semakin sama dengan yang diinginkan oeh eksperimentalllah ang akan diperkuat. Dalam ontoh skinner, ketika tikus masuk  ke dalam kotak skinner   akan diberi penguat secara bertahap sampai tikus bisa menekan tuas
  1. E. Penjadwalan Reinforcement
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari proses belajar. When and how often we reinforce a behavior can have a dramatic impact on the strength and rate of the response. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon. Certain schedules of reinforcement may be more effective in specific situations. jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. There are two types of reinforcement schedules: Ada dua jenis jadwal penguatan[7]:
1. 1. Continuous Reinforcement Continuous Reinforcement ( penguatan terus-menerus)
In continuous reinforcement, the desired behavior is reinforced every single time it occurs.            Dalam penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap kali organism menghasilkan suatu respon.  Generally, this schedule is best used during the initial stages of learning in order to create a strong association between the behavior and the response. Pada umumnya, jadwal ini paling baik digunakan selama tahap awal belajar untuk menciptakan hubungan yang kuat antara perilaku dan respon. Once the response if firmly attached, reinforcement is usually switched to a partial reinforcement schedule. Setelah respon jika terpasang kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal penguatan parsial.
2. 2. Partial Reinforcement Partial Reinrorcement ( penguatan parsial)
In partial reinforcement, the response is reinforced only part of the time.            Dalam penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu. Learned behaviors are acquired more slowly with partial reinforcement, but the response is more resistant to extinction . Belajar perilaku diperoleh lebih lambat dengan tulangan parsial, tetapi tidak mendapatkan respon yang lebih tahan terhadap kepunahan . There are four schedules of partial reinforcement: Ada empat jadwal penguatan parsial:
  1. Fixed-ratio schedules are those where a response is reinforced only after a specified number of responses. -Rasio jadwal tetap adalah yang mana tanggapan hanya diperkuat setelah sejumlah tertentu tanggapan. This schedule produces a high, steady rate of responding with only a brief pause after the delivery of the reinforcer. jadwal ini menghasilkan tingkat, tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat setelah pengiriman penguat tersebut.
  2. Variable-ratio schedules occur when a response is reinforced after an unpredictable number of responses. -Rasio jadwal Variabel terjadi ketika respon diperkuat setelah sejumlah tanggapan tak terduga. This schedule creates a high steady rate of responding. Jadwal ini menciptakan tingkat stabil tinggi merespons. Gambling and lottery games are good examples of a reward based on a variable ratio schedule. Perjudian dan permainan lotere adalah contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal rasio variabel.
  3. Fixed-interval schedules are those where the first response is rewarded only after a specified amount of time has elapsed. -Interval jadwal tetap adalah mereka dimana respon pertama dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu telah berlalu. This schedule causes high amounts of responding near the end of the interval, but much slower responding immediately after the delivery of the reinforcer. Jadwal ini menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir interval, namun jauh lebih lambat merespon segera setelah pengiriman penguat tersebut.
  4. Variable-interval schedules occur when a response is rewarded after an unpredictable amount of time has passed. interval jadwal variabel terjadi ketika respon dihargai setelah jumlah yang tak terduga waktu telah berlalu. This schedule produces a slow, steady rate of response. jadwal ini menghasilkan lambat, stabil tingkat respons.
Skinner talah memublikasikan data tentang efak dari penguatan parsial ketika Humhreys menggunncang dunia psikologi dengan menunjukkan bahwa proses pelenyapan adalah lebih ccepat sesudah penguatan 100 persen ketimbang sesudah penguatan parsial. Artinya, jika suatu organism menerima  penguat setiap kali ia membuat respon yang tepat selam proses belajar dan kemudian dimasukkan dalam proses plenyapan, maka responya akan lenyap lebih cepat ketimbang organnisme dengan respon benar yang tidak mencapi 100 persen. Denngan kata lain, penguatan parsial akan menyebabkan resistensi yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang yang bberkkelanjutan atau penguatan 100 persen.  Ini disebut dengan partial reinforcement effecct[8]
  1. F. Pemadaman Dan Pemulihan Kembali
Seperti halnya dalam pengkonndisian klasik, ketika kita mencabut penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan extinction ( pemadaman/ pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner. Pada saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan, mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas tidak akan mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan) Pada hal ini kita akan mengatakan telah terjadi pemadaman.
Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama preode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi percobaan, ia akan sekali lagi mulai mmenekkan tuas dengan segera tanpa perlu dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.
  1. G. Generalisasi Dan Diferensiasi (diskriminasi)
Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama. Organism cenderung menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam kehidupan sehari-hari, seorang  siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuany akarena menimang dan menyayangi anjing kelluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimmang ajing itu dengan  anjing yang lain.
Generalisasi dapat juga  dapat dikekang oleh latihan diskriminasi. Diskrimnasi adalah respon organism terghadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus  ditekan.
Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan dapat berbahaya ( katakanlah, anjing ttetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan llatihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan ara  oranng tua mmenunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak.[9]
  1. H. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori pengkondisian operan.
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organism untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan.
Kekurangan
a)      Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, keuali sebagai gejalanya.
b)      Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti ggerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri)dan sellf-control (pengendalian diri) ayng bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia tidak menghendakki
c)      Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat menoloknya perbedaan karakter fisikk maupun psikis antara mannusia dan hewan.[10]
Perilaku Tahayul (Supertitous Behaviour)
Menurut prinsip pengkondisian operant, kita dapat memperkirakan bahwa perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme pemberi makanan diaktifkan dan diperkuat,maka hewan itu akan cenderung mengulangi perilaku yang diperkuat tersebut. Dan jika beberapa saat perilaku itu diperkuat lagi, maka respon hewan tersebut akan semakin kuat. Pada saat itu hewan bisa melakukan atau mengembangkan respon ritualistic yang aneh. Ia mungkin akan menyerudukkan kepalanya, berputar-putar, atau melakukan sederet tindakan yang aneh yang dilakukan ketika mekanisme pemberian makanan mendadak aktif, perilaku ini disebut sebagai perilaku tahayul (superstitious behavior). hewan tersebut percaya bahwa apa yang dilakukanya akan menyebabkan datangnya makanan.
Learned Heplessness
Beberapa bentuk conditioning, khususnya punishment, akan berdampak lebih serius, ini biasa disebut dengan fenomena learned helplessness.  Learned helplessness terjadi tatkala organisme dikondisikan ‘tidak dapat berbuat apa-apa’ untuk menghindari kondisi tidak menyenangkan.Dalam percobaan klasik, Seligman (1975) menempatkan anjing pada kandang dan memberinya painful electric shock.  Anjing sama sekali tidak dapat menghindar dari shock tersebut.Kemudian kandang itu dibagi menjadi dua bagian, sehingga anjing dapat melompat pagar pemisah guna menghindari atau terbebas  dari shock listrik.Karena anjing telah belajar sebelumnya bahwa tidak bisa membebaskan diri dari shock, maka anjing itu tidak melakukan upaya apapun untuk menghindar.  Sebagai gantinya, anjing itu hanya mendengking
BAB III
PENUTUP
  1. A. Simpulan
  • · Inti dari teori Skinner Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitanyan  dengan psikologi belajar adalah proses belajar yang mana perilaku atau respon yang mendapat penguatan berupa sesuatu yang disukai oleh organism akan cenderung diulang-ulang..
  • Prinsip umum dalam operant Conditioning yaitu:
  1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang
  2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan
  • pengkondisian operan terdiri dari dua konsep utama,yaitu:
a)      Penguatan (reinforcement)
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
-      Penguatan positif (reward).
-       Penguatan negatif
b)      Hukuman (punishmen)
  • Beberapa perbedaan dan dari classical conditioning dan operant conditioning dapat di lihat dalam kolom di bawah ini
Classical ConditioningOperant Conditioning
  • Hanya berhubungan bengan perilaku tak sadar
  • Penguatan mengukuhkan respon bersyarat tetapi bersifat netral: penguatan bekerja baik disukai ataupun tidak disukai organism
  • Respon diperoleh dari penguat yang telah diberikan sebelum respon itu sendiri muncul
  • Tanpa atau sedikit penguat memungkinkan respon yang berlawanan akan terhapusjadwal tidak dapat digunakan untuk mengubah taraf respond an taraf penghapusan
  • Sebuah penguatan hanya dapat merangsang satu tipe respon
  • Dapat menunjukkan penyamarataan diskriminasi, penghapusan dan pemulihan spontan
  • Mengendalikan mata rantai atau penyatuan rangsangan dan respon
  • Berhubungan dengan perilaku sadar dan juga tak sadar
  • Penguatan mengukuhkan respon bersyarat dan bersifat positif ataupun negative
  • Penguatan diberikan sesudah respon dibuat secara sadar, dan kemudian memperkuatnya
  • Penguatan dengan cepat dapat berbaur dengan menggunakan jadwal penguatan untuk mengubah taraf respond an taraf penghapusan
  • Sebuah penguatan dapat digunakan untuk memperkuat beberapa respon dengan menggunakan teknik pembentukan perilaku
  • Sama seperti classical conditioning
  • Sama dengan classical conditioning
  • Shaping (pembentukan respon)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organism pada setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatka respon tersebut.
  • Penjadwalan ReinforcementWhen and how often we reinforce a behavior can have a dramatic impact on the strength and rate of the response., Certain schedules of reinforcement may be more effective in specific situations.There are two types of reinforcement schedules:ada dua jenis jadwal penguatan:
1. 1. Continuous Reinforcement Continuous Reinforcement ( penguatan terus-menerus)
In continuous reinforcement, the desired behavior is reinforced every single time it occurs. 2. 2. Partial Reinforcement Partial Reinrorcement ( penguatan parsial).In partial reinforcement, the response is reinforced only part of the time.Ada empat jadwal penguatan parsial:
  1. Fixed-ratio schedules are those where a response is reinforced only after a specified number of responses. -Rasio jadwal tetap
  2. Variable-ratio schedules occur when a response is reinforced after an unpredictable number of responses.-Rasio jadwal Variabel
  3. Fixed-interval schedules are those where the first response is rewarded only after a specified amount of time has elapsed. -Interval jadwal tetap
  4. Variable-interval schedules occur when a response is rewarded after an unpredictable amount of time has passed. – interval jadwal variabel
  • Pemadaman Dan Pemulihan Kembali
Pemadaman adalah suatu proses hilangnya respon secara bertahap ketika penguatan atau ganjaran tidak diberikan. kita akan melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan)
Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama preode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi percobaan, ia akan sekali lagi mulai mmenekkan tuas dengan segera tanpa perlu dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.
  • Generalisasi Dan Diferensiasi
Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama.
Diskrimnasi adalah respon organism terghadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus  ditekan.
  • Kelebihan dan kekurangan teori operant conditioning
Kelebihan
Pada teori ini,kelebihannya dalam hal pendidikan, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organism untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan.
Kekurangan
d)      Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, keuali sebagai gejalanya.
e)      Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti ggerakan mesin dan robot
f)        Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat menoloknya perbedaan karakter fisikk maupun psikis antara mannusia dan hewan.

CONTOH KASUS CLASSICAL CONDITIONING

Contoh Kasus Classical Conditioning

Contoh Kasus :
Saat saya berusia 10 tahun, saya pernah digigit 2 anjing sekaligus. Seingat saya waktu itu saya disuruh mama membuang sampah ke depan rumah terus waktu hendak meletakkan sampah ke tempatnya, tiba-tiba saja ada 2 ekor anjing yang berlari ke arah saya dan ingin menggigit saya. Waktu saya mendengar gonggongan anjing tersebut semakin dekat saya spontan melihat dan lari. Namun lari saya tidak sebanding dengan lari anjing tersebut sehingga mereka berhasil menggigit saya (1 gigitan di bokong dan yang 1 lagi di paha). Sesudah itu saya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk disuntik untuk mengantisipasi kalau saja anjing itu terjangkit penyakit rabies. Mulai dari situ saya takut kalau melihat anjing walaupun anjing tersebut tidak ada niat mencelakakan saya. Karena melihat saya sangat takut sama anjing, kakak saya mengatakan kepada saya kalau ada anjing jangan pernah lari karena kalau saya lari mereka akan mengejar saya dan menggigit saya. Mulai dari situ saya belajar untuk tidak takut lagi pada anjing. 

Kira-kira mengapa ya saya bisa takut sama anjing dan belajar untuk tidak takut lagi? 

Pembahasan: 
Classical conditioning adalah suatu proses belajar dimana stimulus netral dipasangkan dengan stimulus alamiah untuk menghasilkan respon yang identik dengan respon ilmiah. Teori ini ditemukan oleh Ivan Pavlov saat dia melakukan percobaan terhadap anjingnya. Saat itu Ivan Pavlov secara berulang-ulang membunyikan bel dan disertai dengan adanya makanan, ternyata anjing tersebut mengeluarkan saliva. Pada suatu saat Ivan Pavlov hanya menbunyikan bel dan anjing tersebut tetap mengeluarkan salivanya walaupun tidak ada makanan. 

Istilah-istilah dalam classical conditioning: 
1. Stimulus netral yaitu stimulus yang tidak menghasilkan respon apa-apa. 
(saat ada anjing saya belum menimbulkan respon apa-apa). 
2. Unconditioned stimulus (UCS) yaitu stimulus yang menghasilkan suatu repon sebagai adanya tanda proses belajar sebelumnya. 
(anjing tersebut mengejar saya). 
3. Unconditioned response (UCR) yaitu suatu respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dimunculkan oleh UCS. 
(saya spontan berlari saat anjing tersebut mengejar saya). 
4. Conditioned stimulus (CS) yaitu stimulus yang sebelumnya netral namun akhirnya mendatangkan respon yang terkondisi setelah diasosiasikan oleh UCS. 
(ada anjing yang diam dan tidak berniat mencelakakan saya).

5. Conditioned reponse (CR) yaitu repon yang dipelajari terhadap stimulus yang terkondisi yang timbul setelah pemasangan CS-UCS.

PENGERTIAN CLASSICAL CONDITIONING

1. Pengkondisian Klasikal

Classical Conditioning atau pengkondisian klasik disebutkan bahwa pada tingkah laku responden bisa dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan spesies yang sama, serta tingkah laku responden biasanya menyertakan refleks-refleks yang melibatkan sistem saraf otonom. Bagaimanapun, tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan. Orang pertama yang menemukan bahwa tingkah laku responden itu bisa dikondisikan tidak lain adalah Ivan Pavlov, ahli fisiologi Rusia. Percobaannya menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya.

Mula-mula oleh Pavlov anjing percobaan itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa untuk dipasangi alat pengukur, sehingga nantinya air liur yang keluar bisa ditampung dan diukur banyaknya. Selanjutnya anjing percobaan ini ditaruh pada suatu tempat yang nantinya akan mengeluarkan makanan. Makanan ini akan keluar kehadapan anjing percobaan setiap Pavlov menekan tombol. Kemudian, setiap menghadapi makanan, anjing percobaan akan mengeluarkan air liurnya yang bisa diketahui dengan alat pengukur. Keluarnya air liur dari mulut anjing setelah melihat makanan ini disebut respons tak berkondisi (unconditionied response), sedangkan makanan ini sendiri disebut stimulus tak berkondisi (unconditioned stimulus). 
Pada tahap percobaan berikutnya Pavlov mengeluarkan makanan dengan terlebih dahulu membunyikan bel. Jadi, setiap bel dibunyikan anjing akan menerima makanan, dan dari mulutnya akan keluar air liur. Setelah pemberian makanan dengan didahului bunyi bel ini akan dilakukan berkali-kali, Pavlov menemukan bahwa anjing percobaannya telah mengeluarkan air liur begitu mendengar bunyi bel. Kemudian pada tahap terakhir, Pavlov menghentikan pemberian makanan, dan anjing percobaannya hanya menerima bunyi bel. Dan ternyata, meski hanya menerima bunyi bel tanpa menerima makanan, anjing percobaan tetap mengeluarkan air liurnya. Oleh Pavlov air liur yang keluar dari mulut anjing percobaan karena menerima bunyi bel ini disebut respons berkondisi (conditioned response), sedangkan bunyi belnya disebut stimulus berkondisi (conditioned stimulus). Bagaimanapun pemberian bunyi bel saja tanpa makanan itu lambat laun menyebabkan anjing percobaan menghentikan responsnya. Keadaan ini disebut penghapusan respons (extinction). Dari percobaan ini Pavlov menyimpulkan bahwa respons atau tingkah laku organisme bisa dikondisikan, dan organisme bisa memiliki respons tertentu (tingkah laku responden) melalui belajar atau latihan.

Percobaan lain yang terkenal mengenai pengkondisian klasik adalah percobaan yang dilakukan oleh Watson dan Rayner pada tahun 1920. ia melukiskan fenomena pengondisian klasik pada manusia. Watson dan koleganya mengondisikan respons ketakutan pada seorang anak berusia 11 bulan yang bernama Albert. Pada awal percobaannya, Watson telah memastikan bahwa Albert tidak menunjukkan rasa takut terhadap sejumlah stimulus tertentu, sperti kapas, topeng, dan monyet. Watson kemudian menghadirkan seekor tikus putih (stimulus berkondisi) bersama-sama dengan suasana mengejutkan (stimulus tak berkondisi) yang dihasilkan melalui pemukulan palu pada sebatang besi tepat dibelakang Albert. Prosedur ini dilakukannya berturut-turut sebanyak tujuh kali, dan Albert akan menangis setiap menghadapinya. Pada tahap berikutnya, tikus putih itu dihadirkan tanpa disertai suara yang mengejutkan. Dan ternyata dengan hanya melihat tikus, Albert menangis ketakutan (respon berkondisi). Pada tahap-tahap selanjutnya Albert menggeneralisasikan respons ketakutan terhadap stimulus-stimulus lain yang tadinya tidak ia takuti meliputi anjing, mantel bulu, topeng, dan bahkan rambut peneliti. Percobaan yang nampaknya kejam ini telah menunjukkan, bagaiman respons-respons ketakutan serupa diperoleh melalui pengkondisian klasik.

2. Pengkondisian Operan

Operant Conditioning merupakan proses mempelajari sesuatu yang menyebabkan tercapainya tujuan tertentu, penelitian operant conditioning dimulai pada abad 19 dengan sejumlah eksperimen oleh E.I. Thorndike. Namun penelitian pengkondisian Skinner lebih sederhana dan lebih diterima secara luas.
Teori Skinner menyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus maka seseorang akan memberikan respon berdasarkan hubungan Stimulus Respon (S-R). Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu:
a. Respondent response (reflexive response), ayitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, dan respon-respon tersebut secara relatif tetap. Singkatnya tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons. Misalnya, menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulus cahaya, makanan yang menimbulkan air liur, dan menggigil karena kedinginan. Kesemuanya itu terjadi dengan sendirinya atau spontan. Dan perangsang-perangsang tersebut mendahului respon yang ditimbulkan.
b. Operan response (Instrumental response), yaitu respon yang timbul dan cerkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Dan perangsang-perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan organisme. Perangsang tersebut mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Respon yang diberikan dapat sesuai (benar) atau tidak sesuai (salah) dengan apa yang diharapkan. Respon yang benar perlu diberi penguatan (reinforcement) agar orang terdorong untuk ingin melakukannya kembali.

Perbedaan antara Classical Conditioning dengan Operant Conditioning terletak pada hal-hal berikut:
1. Dalam Classical Conditioning respon dikontrol oleh pihak luar, pihak inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Sebaliknya operant conditioning mengatakan bahwa pihak luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika respon semacam ini terlihat maka dapat diberikan penguatan. Disini dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan behavior.
2. Classical Conditioning pada umumnya memusatkan tingkah laku terjadi apabila ada stimuli khusus dan tidak peduli apakah perilaku manusia atau hewan memilki konsekuensi tertentu atau tidak. Sedangkan dalam Operant Conditioning tingkah laku hanya menerangkan untuk sebagian kecil dari semua kegiatan. Operant Conditioning memusatkan tingkah laku dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.

3. Classical Conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai reinforcement. Di dalam Operant Conditioning responlah yang merupakan sumber reinforcement. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang. Perilaku akan semakin sering atau semakin jarang muncul tergantung pada konsekuensi yang mengikutinya.

Operant merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operan conditioning dikatakan telah terbentuk bila dalam frekuensi terjadi tingkah laku operan yang bertambah atau bila timbul tingkah laku operan yang tidak tampak sebelumnya.

Percobaan Skinner berikut dengan menggunakan tikus akan lebih menjelaskan. Dalam eksperimen Skinner, seekor tikus lapar ditempatkan dalam kotak disebut "kotak Skinner". Di dalam kotak tidak terdapat apa-apa kecuali sebuah tuas yang menonjol dengan piring makanan di bawahnya. Tikus yang berada sendirian di dalam kotak bergerak kesana kemari sambil mengeksplorasi. Kadang-kadang ia mengamati tuas dan menekannya. Peneliti memasang wadah di luar kotak. Tiap kali tikus menekan tuas, pelet makanan kecil masuk kepiring. Tikus memakan pelet makanan itu dan segera menekan tuas lagi. Makanan memperkuat (reinforcer) penekan tuas, dan kecepatan penekanan tuas meningkat secara drastis. Jika wadah makanan dilepas sehingga tindakan menekan tuas tidak lagi menghasilkan pelet makanan, kecepatan menekan tuas akan menurun. Dengan demikian respon operant conditioning mengalami pemadaman jika tidak terdapat penguatan.

Jadi, operant conditioning meningkatkan kemungkinan respon dengan mengikuti perilaku dengan reinforcer. Tingkat respon organisme sangat berguna untuk mengukur kekuatan operan, semakin sering respon terjadi selama interval waktu tertentu, semakin besar kekuatannya. Operan conditioning banyak menjelaskan kepada kita terkait cara membesarkan anak. Penerapan pengkondisian operan dalam membesarkan anak berfokus pada hubungan antara suatu respon 
dengan penguatnya.

PENGERTIAN RESPONDENT CONDITIONING

RESPONDENT CONDITIONING

Pengertian

Operant behavior dikontrol oleh konsekuensi yang dihasilkannya; operant conditioning melibatkan manipulasi dari konsekuensi/memanipulasi konsekuensi. Sebaliknya, respondent behavior dikontrol oleh stimuli antesedent (antecedent stimuli), dan respondent conditioning melibatkan manipulasi dari stimuli antesedent (manipulasi dilakukan pada stimuli antesedentnya).

Contoh:

Julio menyelesaikan kuliahnya pada jam 9.30 malam. Pada pukul 9.40 Jolio naik bis dan sampai ke rumah pada jam 10.00. Setelah turun dari bis, Julio masih harus berjalan melalui terowongan yang berada di bawah rel kereta api untuk menuju rumahnya. Karena sebagian besar lampu terowongan tersebut rusak/mati, maka jalan tersebut menjadi gelap. Sejak permulaan semester, beberapa kejadian di dalam terowongan telah membuat Julio kaget dan takut: tikus yang besar berkeliaran; beberapa remaja mengancamnya; dan tuna wisma yang berada di terowongan tersebut secara tiba-tiba melompat dan mencaci ke arahnya. Pada suatu kesempatan, Julio merasa bahwa jantungnya berdetak dengan cepat, ototnya menegang, dan nafasnya semakin cepat. Respon badan (bodily responses) ini berlangsung selama Julio berada di dalam terowongan, dan baru hilang ketika Julio telah keluar/melewati terowongan. Ketika di dalam terowongan, Julio akan mempercepat langkahnya atau berlari untuk dapat cepat keluar dari terowongan tersebut. Ini adalah contoh dari respondent behavior.

Respondent conditioning muncul/terjadi saat stimulus yang sebelumnya netral dipasangkan dengan US (stimulus netral dan US/unconditioned stimulus ditampilkan bersama-sama). Sebagai hasilnya, stimulus netral tersebut menjadi conditioned stimulus (CS) dan menimbulkan a conditioned response (CR) atau disebut juga UR. UR dan CR disebut sebagai respondent behavior. Respondent conditioning juga disebut classical conditioning (Rachlin, 1976) atau Pavlovian conditioning (Chance, 1988).


Pengaturan Waktu dari Neutral Stimulus dan US

Pengaturan waktu dari neutal stimulus (NS) dan US adalah hal yang penting jika respondent conditioning ingin berhasil. Idealnya, US harus segera muncul setelah NS terjadi.

Beberapa tipe dari respondent conditioning:

* Di delay conditioning, NS dimunculkan dan kemudian US dimunculkan sebelum NS berakhir. Contoh: pada pengkondisian kedipan mata. Delay conditioning muncul jika suara ‘klik’ dimunculkan dan siraman air diberikan sebelum suara ‘klik’ dihentikan.

* Trace conditioning mirip dengan delay conditioning, disini NS mendahului munculnya US, tapi pada kasus ini NS berakhir/berhenti sebelum US dimunculkan. Contoh pada pengkondisian kedipan mata. Trace conditioning muncul jika terapis memunculkan suara ‘klik’ dan segera setelah suara ‘klik’ dihentikan, terapis memunculkan siraman air.

* Di simultaneous conditioning, NS dan US dimunculkan secara bersama-sama (pada waktu yang sama). Contoh pada pengkondisian kedipan mata. Suara ‘klik’ dan siraman air dimunculkan bersama-sama.

* Di backward conditioning, US dimunculkan sebelum NS dimunculkan. Contoh pada pengkondisian kedipan mata. Siraman air dimunculkan sebelum suara ‘klik’ dimunculkan.


Higher-Order Conditioning

Higher-Order Conditioning muncul ketika sebuah stimulus netral dipasangkan dengan CS yang telah dibentuk mapan (already-established CS) dan stimulus netral tersebut berubah/menjadi CS. Contoh: cahaya disinarkan setiap kali suara “klik” air berbunyi (suara “klik” air sebelumnya telah menjadi CS yang mengakibatkan mata terpejam saat mendenganrnya) maka cahaya akan secepatnya menjadi suatu CS yang akan menimbulkan mata terpejam bahkan ketika suara “klik” air tidak muncul.


Conditioned Emotional Responses

Conditioned emotional responses (CERs) merupakan tipe dari CRs yang dihasilkan dari respondent conditioning. Proses respondent conditioning dan mengembangkan CSs untuk CERs yang positif (diinginkan) atau CERs yang negative (tak diinginkan). Contoh CERs yang negatif: kemunculan CSs menimbulkan rasa takut, marah, jijik, kerugian, maupun perasaan tidak menyenangkan yang lain. Sedangkan CERs yang positif: kemunculan CSs menimbulkan rasa senang, cinta, maupun perasaan yang diinginkan/menyenangkan.


Extinction dari Conditioned Responses

Extinction dari CR disebut respondent extinction, melibatkan presentasi berulang CS tanpa diikuti dengan presentasi/kemunculan US. Jika CS tetap muncul saat US tidak dimunculkan/tidak hadir, maka intensitas CR secepatnya menurun dan berhenti. Respondent extinction terjadi bilamana CS terjadi tanpa kehadiran US, dan sebagai hasilnya, CS tidak lagi menimbulkan CR. Contoh: Jika Pavlov tetap mempertahankan untuk menghadirkan suara dari metronome (CS) tapi tidak memasangkannya dengan pemberian meat powder (US), anjing mengeluarkan air liur yang semakin lama semakin berkurang, dan akhirnya anjing tidak mengeluarkan air liur sedikitpun ketika mendengar metronome.


Discrimination dan Generalization dari Respondent Behavior

Discrimination/diskriminasi pada respondent conditioning adalah situasi dimana CR dimunculkan oleh single CS (CS yang tunggal) atau CSs yang terbatas. Sedangkan generalization terjadi saat beberapa CSs yang mirip atau CSs meluas menghasilkan CR yang sama. Contoh: saat seseorang takut pada jenis tertentu atau pada jenis ras anjing tertentu, maka dapat dikatan bahwa discrimination muncul. Saat seseorang takut pada semua anjing (tanpa pengecualian) maka dapat dikatakan bahwa generalization muncul.


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respondent Conditioning

Kekuatan dari respondent conditioning tergantung pada faktor yang berbeda (Pavlov, 1927), yaitu:

1. Intensitas dari US dan CS

Intensitas dari stimulus mempengaruhi efektivitas stimulus sebagai CS atau sebagai US. Pada umumnya, stimulus yang lebih intens lebih efektif sebagai US.

2. Hubungan temporal antara CS dan US

Untuk menjadikan conditioning lebih efektif, CS harus mendahului US.

3. Contingency antara CS dan US

Contingency antara CS dan US akan memiliki arti jika antara CS dan US dimunculnya secara bersama-sama dalam setiap percobaan.

4. Banyaknya/seringnya pemasangan/memasangkan

Walaupun satu kali pemasangan antara neutral stimulus dan US biasanya cukup untuk membangun/menjadikan neutral stimulus menjadi CS, namun biasanya, pemasangan berulang antara CS dan US akan menghasilkan pengkondisian yang lebih kuat/stronger conditioning.

5. Exposure sebelumnya terhadap CS

Sebuah stimulus akan lebih sulit untuk menjadi CS saat dipasangkan dengan US jika orang tersebut memiliki exposed (mengenal dengan baik) stimulus tersebut sebelumnya tanpa US.


Perbedaan antara Operant dan Respondent Conditioning

Respondent conditioning terjadi saat stimulus netral dipasangkan dengan US dan stimulus netral menjadi conditioned stimulus yang dapat memunculkan CR. Sedangkan operant conditioning terjadi saat sebuah tingkah laku diperkuat saat discriminative stimulus diberikan dan tingkah laku ini akan menjadi lebih sering muncul kembali saat discriminative stimulus diberikan.

ANALISIS PENGUBAH TINGKAH LAKU

Hakekat Analisis Tingkah laku (APTL)

HAKEKAT ANALISIS TINGKAH LAKU
I. Pengantar
Setiap individu menampilkan berbagai model atau karakter tingkah laku yang berbeda dan unik. Dalam uraian berikut kita akan membahas hakekat analisis tingkah laku dalam beberapa 2 aspek, yakni: tingkah laku dan analisis tingkah laku.
II. Tingkah laku
a. Apa tingkah laku itu?
Tingkah laku menurut Webster dictionary didefinisikan sebagai cara, gaya, sikap memimpin diri. Ada juga yang mengatakan “cara kita bertindak”. Sementara itu menurut para psikologis behavior, tingkah laku didefinisikan sebagai tindakan yang eksternal atau internal yang kelihatan dan terukur dari suatu organism (behavior is any external or internal observable and measurable act of an organism). Di samping itu terdapat juga definisi yang berasal dari Skinner (1938), yang mendefinisikan tingkah laku sebagai“pergerakan organism atau bagian-bagian dari organism dalam sebuah kerangka acuan yang ditentukan oleh berbagai obyek eksternal”. Dari beberapa definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa tingkah laku adalah cara, sikap, gaya kita bertindak yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
b. Tingkah laku dapat diukur
Tingkah laku dapat diukur berdasarkan dimensi-dimensi sebagai berikut:
Ø Topografi : mengacu pada bentuk tingkah laku, misalnya: memukul, menangis, menulis, melempar, menggambar, menjawab pertanyaan, dst
Ø Jumlah: mengacu pada berapa kali (jumlah) tingkah laku muncul pada suatu periode waktu tertentu, misalnya memukul temannya 5 kali dalam 30 menit, mengerjakan 30 soal dengan benar dalam waktu 60 menit,dst
Ø Durasi : mengacu pada lamanya tingkah laku muncul, misalnya melukis gambar mobil selama 30 menit, menonton sepak bola selama 45 menit, dst
Ø Latensi : mengacu pada berapa lama waktu yang diperlukan untuk memunculkan tingkah laku, misalnya guru menyuruh murid membersihkan sampah, tingkah laku membersihkan sampah muncul 5 menit kemudian, dst
Ø Kekuatan : mengacu pada kuat lemahnya tingkah laku, mencuci celana sampai robek, berteriak, dst
Ø Tempat (locus) : mengacu pada tempat tingkah laku muncul, misalnya menyanyi di depan kelas, memukul teman di sekolah, dst
c. Tingkah laku sebagai hasil belajar
Tingkah laku manusia paling banyak merupakan hasil dari satu atau lebih dari tiga factor yang biasanya bertindak bersama –sama. Tiga factor ini adalah:
1. Factor keturunan atau factor genetic
2. Perubahan psikologis yang terjadi pada kita setelah konsepsi (seperti efek dari penyakit dan kejadian)
3. Pengalaman perubahan tingkah laku yang disebut dengan pembelajaran
Pembelajaran mengarah kepada kemahiran (acquisition), pemeliharaan (maintenance), dan perubahan dari tingkah laku organism sebagai hasil dari peristiwa (events) atau kejadian-kejadian sepanjang hidup. Tingkah laku meliputi hal itu semua juga meliputi tingkah laku yang tersembunyi seperti berpikir dan merasakan. Tingkah laku manusia diakibatkan oleh variasi sebab. Sebab-sebab tingkah laku itu berasal dari dalam dan dari luar diri manusia.
Asumsi dasar dalam analisis tingkah laku yakni bahwa semua tingkah laku dipelajari. Hal ini berarti bahwa baik tingkah laku bermasalah maupun tingkah laku normal ditunjukkan oleh murid karena tingkah laku itu telah dipelajari oleh murid tersebut. Bila kita memiliki murid yang patuh pada peraturan, bermain dengan baik bersama dengan temannya, dan tahu bagaimana menggunakahn bahan-bahan pelajaran dengan baik, kita biasanya mengatakan bahwa tingkah laku itu merupakan hasil didikan orang tua yang hati-hati dan bertanggung jawab, yang patut menerima penghargaan karena telah mengasuh anak-anaknya dengan baik. atau juga kita akan mengatakan bahwa guru di kelas sebelumnya telah bekerja dan mengajar dengan baik. bila para murid di sekolah menunjukkan tingkah laku normal dan baik, secara otomatis kita menasumsikan bahwa orang-orang dewasa yang bertanggungjawab telah menghasilkan tingkah laku itu.
Persoalannya adalah, bagaimana dengan anak-anak yang suka membolos, yang sering berkelahi, atau duduk menyendiri pada saat istirahat? Bagaimana dengan anak-anak yang tidak dapat menangkap pelajaran atau mengalami kesulitan dalam menggunakan waktu belajarnya? Bila kita menghadapi anak-anak bermasalah seperti ini biasanya kita akan mengatakan bahwa anak-anak ini mengalami gangguan emosional, mengalami gangguan kepribadian atau gangguan neuorologis. Biasanya kita akan menolak bahwa tingkah laku bermasalah tersebut juga merupakan suatu hasil belajar.
d. Lingkungan mempengaruhi tingkah laku
Seringkali kita mendengar orang berbicara tentang beberapa macam perbedaan dari lingkungan. Beberapa istilah yang berhubungan dengan lingkungan itu antara lain adalah:
Ø Lingkungan alami (natural environment). Kerap banyak orang berpikir tentang sesuatu yang besar di luar rumah atau tempat terbuka yang luas. Tetapi natural environment bisa juga berate lain. Seorang behaviorisme akan mengatakan lingkungan itu adalah lingkungan social. Ketika kita berpikir tentang lingkungan social berarti kita sedang berpikir tentang dunia nyata (real world) di mana kita menghabiskan waktu kita. bagi anak-anak, lingkungan alami ditendensikan sebagai ruang kelas. Di dalam kelas ada banyak factor yang bekerja bersama yang mempengaruhi tingkah laku anak.
Ø Prosthetic environment. Prosthetic environment adalah lingkungan yang membantu individu untuk berkelakuan lebih menyukai teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan. Teman sebaya yang biasanya kita sebut sebagai teman bermain dapat membantu menyusun pembentukan tingkah laku dan juga cara mereka beradaptasi secara wajar.
Ø Therapeutic environment. Therapeutic environment adalah lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu anak (murid/siswa) untuk pada akhirnya menjadi lebih bebas (independent) dari lingkungannya dan dapat berperilaku lebih suka tipikal teman sebayanya ketika berada dalam natural environment. Seringkali anak dengan problem tingkah laku yang serius memerlukan sebuah tempat yang special atau ruang kelas yang special di mana anak tersebut dapat mengungkapkan isi hatinya dan menjadi baik.
e. Stimulus
Dalam hubungan dengan pemahaman tentang lingkungan ini kita perlu mengerti satu aspek spesifik dari lingkungan yang disebut dengan stimulus. Stimulus adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan aspek spesifik dari lingkungan yang dapat dibedakan dari satu dan lainnya. Dalam studi istilah stimulus biasanya digunakan dalam referensi pada variable-variabel lingkungan yang oleh individu yang melakukan eksperimen dikontrol atau dimanipulasi dalam beberapa cara yang dapat menentukan pengaruh mereka pada tingkah laku yang tengah diselidiki. Stimulus dapat berupa kondisi, peristiwa, atau perubahan dalam dunia fisik. Stimuli terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh, meskipun stimuli sebagian besar sering dikaji oleh analisis terapan tingkah laku di luar tubuh. Stimuli dapat berupa orang, tempat, dan sesuatu seperti cahaya, suara, rasa dan tekstur. Respon dan stimuli adalah konsep-konsep fundamental dalam menganalisis tingkah laku.
f. Tingkah laku dapat diubah dengan mengubah lingkungan
Skinner dalam tesisnya mengatakan bahwa “When an organism acts upon the environment in which it lives, it changes that environment in ways that often affect the organism itself. Some of these changes are what the layman calls rewards, or what are generally referred to technically as reinforcers: when they follow behavior in this way they increase the likelihood that the organism will behave in the same way again” (Ferster &Skinner, 1957, p. 1). Dari sini kita dapat mengatakan bahwa lingkungan (environment) sangat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu (organism). Perubahan tingkah laku itu bisa terbentuk karena reward (ganjaran, hadiah) atau bisa juga karena reinforcerment ( penguatan). Jika demikian maka tingkah laku itu sesungguhnya dapat diubah dengan mengubah lingkungan (dengan rewards dan reinforcement). Dengan kata lain bahwa tiap lingkungan dapat diatur kembali untuk mengajarkan bagaimana menunjukkan tingkah laku yang baru dan lebih adaptif bagi individu (organism)
g. Tingkah laku bermasalah (maladaptive behavior)
Maladaptive behavior adalah tingkah laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya dan atau konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain. Kebalikan atau lawan dari tingkah laku ini adalah adaptive behavior, yaitu tingkah laku yang diterima secara social yang efektif atau fungsional dalam melayani tujuannya. Berikut disajikan beberapa asumsi dari tingkah laku bermasalah (maldaptive)
1. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling behavior
· Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negative ataun tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
· Tingkah laku yang salah hakekatnya yang terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah
· Individu bermasalah ini mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negative dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptive terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat
· Seluruh tingkah laku individu di dapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
2. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling Gestalt
· Individu yang bermasalah terjadi karena pertentangan antara kekuatan “top dog” dan kebeadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensive, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi
· Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
· Terjadi pertentangan antara keberadaan social dan biologis
· Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
· Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
· Melarikan dari kenyataan yang harus dihadapi
· Spectrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi:
o Kepribadian kaku (rigid)
o Tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
o Menolak berhubungan dengan lingkungan
o Memelihara unfinished business
o Menolak kebutuhan diri sendiri
o Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”
3. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam prespektif konseling rasional emotif
· Dalam perspektif konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irasional
· Ciri-ciri berpikir irasional
o Tidak dapat dibuktikan
o Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
o Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
· Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional
o Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi
o Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
o Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media
· Indicator keyakinan irasional
o Bahwa manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
o Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat bertindak tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan dan dihukum
o Bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
o Bahwa lebih mudah menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu daripada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
o Bahwa penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut
o Bahwa pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
o Bahwa nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu
h. Beberapa istilah berhubungan dengan tingkah laku
- Behavior modification merupakan aplikasi dari hukum-hukum yang telah diperoleh dari pembelajaran atas tingkah laku manusia.
- Target behavior adalah suatu target tingkah laku yang berfungsi untuk mengubah
- Response adalah suatu tingkah laku yang dengan segera dan dengan prediksi mengikuti sesuatu yang terjadi di dalam lingkungannya
- Trial adalah suatu term yang mengacu kepada satu usaha atau percobaan, pengulangan, atau contoh dari suatu tingkah laku, yang sering diterapkan dalam membangun suatu situasi untuk belajar (mempelajari) tingkah laku
- Maladaptive behavior adalah tingkah laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya dan atau konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain.
- Adaptive behavior adalah tingkah laku yang diterima secara social yang efektif atau fungsional dalam melayani tujuannya.
- Verbal behavior adalah suatu kemampuan yang sangat penting dalam komunikasi dengan satu sama lain (tekanan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi)
- Mand adalah suatu permintaan atau permohonan, yang digunakan dalam terminology tingkah laku verbal yang artinya untuk meminta sesuatu.
- Tact adalah term verbal behavior yang lain yang secara esensial berarti nama atau lebel sesuatu.
- Covert behavior merupakan suatu tingkah laku yang tidak dapat secara langsung diobservasi atau diamati oleh public. Covert behavior mengacu kepada tingkah laku seperti berpikir, berimajinasi, berperasaan.
III. Analisis tingkah laku
a. Apa analisis tingkah laku itu?
Satu keuntungan yang besar dari penggunaan pendekatan behavior adalah untuk membantu memecahkan persoalan dengan menyusun metode evaluasi secara atas prosedur yang digunakan untuk treatmen terhadap masalah-masalah itu. Kemudian kita dapat membuat keputusan perlakuan atau tindakan yang didasarkan pada metode ilmu pengetahuan dan penilaian yang menggunakan obyek periistiwa dan data actual daripada pendapat dan pemikiran sendiri. Dengan pendekatan ini perlakuan dapat dilanjutkan, disesuaikan atau bisa juga tidak dilanjutkan dan digantikan dengan didasarkan pada peristiwa dan obyek data.
Ketika seseorang melakukan tindakan atau tingkah laku tertentu, seringkali kita bertanya,”apa yang membuat seseorang itu melakukan tindakan atau bertingkah laku seperti itu”. Pertanyaan ini adalah wajar namun tidak ada jawaban yang memuaskan untuk semua kasus. Beberapa tingkah laku mungkin dibentuk (dilakukan) oleh orang yang berbeda dengan alasan yang berbeda, bisa juga tingkah laku itu dilakukan oleh orang yang berbeda dengan alasan yang sama dan orang yang sama mungkin membentuk atau melakukan tingkah laku yang sama pada saat atau waktu yang berbeda dengan alasan yang berbeda pula.
Behavior analysis adalah sebuah definisi yang jelas mengenai prosedur yang dilakukan secara bertahap yang dapat digunakan oleh kita untuk memperbaiki tingkah laku murid atau seseorang. Selain itu dapat juga dapat dikatakan sebagai suatu metode menprediksikan (memperkirakan) suatu problem situasi dan merencanakan apa yang akan dilakukan untuk memecahkannya (albert, p. 59).
b. Fungsi analisis tingkah laku
Term analisis fungsional dan fungsional penilaian tingkah laku sering digunakan dalam pembicaraan tentang cara memandang dan mengira-gira masalah-masalah tingkah laku. Mereka harus melakukannya dengan mengidentifikasi variable-variabel yang adalah fungsi sebuah tingkah laku, apa pun artinya.
Analisis fungsional mengacu kepada suatu pendekatan yang lebih didasarkan pada ilmu pengetahuan yang menyusun banyak factor atau variabel-variabel tak berubah (atau konstan), yang secara intensional mengubah factor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi target tingkah laku.
Fungsi penilaian tingkah laku adalah secara umum, suatu term yang lebih luas dalam mana sebuah fungsional behavioral assessment menyusun sebuah analisis fungsional, tetapi juga menyusun tipe-tipe informasi sebagai laporan ulang dan mewawancarai orang dewasa yang tahu anak-anak yang baik. tujuan adalah untuk mencapai pemahaman dari hubungan antara tingkah laku anak-anak dan variasi factor-faktor yang mungkin mempengaruhi tingkah laku.
c. Bagaimana menganalisis tingkah laku
Menurut ABA terdapat 10 langkah dalam menganalisis tingkah laku yaitu
1. Menentukan target tingkah laku. Langkah ini merupakan proses dua arah yaitu pertama mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikurangi (diubah=sasaran deselerasi) dan kedua mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikehendaki supaya muncul (sasaran akselerasi).
2. Find the baseline
Mencari atau menemukan bagaimana sering anak membentuk (memainkan) target tingkah laku dibawah keadaan yang khas. Tujuan dari baseline adalah untuk membantu dalam memonitor target tingkah laku.
3. Mengidentifikasi antecedent (perilaku yang mendahului). Dkl mengantisipasi antecedent dari target tingkah laku.
4. note the place (mencatat tempat), mengacu pada tempat tingkah laku muncul
5. note the time (mencatat waktu), mengacu pada lamanya tingkah laku muncul
6. mengidentifikasi konsekuen, mengacu kepada kejadian-kejadian yang menyertai suatu tingkah laku
7. mengidentifikasi penguatan positif dan stimuli aversif
8. merencanakan dan mengimplementasikan program
9. monitor program
10. mengevaluasi dan menyesuaikan program